Tuesday, March 03, 2009

LUKIS KAOS





-->
Ternyata, nglukis di kaos oblong sungguh “mak-nyuusz”. Aku sengaja menyebut istilah “nglukis” bukannya melukis, karena “melukis” itu berkonotasi “memeluk & kiss” kata seorang temanku yang suka otak-atik kata asal kena. Nah, nglukis di kaos oblong tidak butuh basa-basi muluk-muluk, seperti penyiapan uba rampe lukis kanvas yang berkesan elitis. Aksi nglukis ini juga tidak butuh acara seremonial bertele-tele, seperti persiapan membatik yang selalu didahului pemanasan ramuan jampi-jampi batik. Alat dan bahannya juga sederhana; kuas, cat berbasis air dan yang pasti kaos oblong sebagai target operasi. Hasilnya langsung kelihatan alias what you see is what you get, tinggal nunggu kering sebentar…berez.
Nglukis di kaos oblong lumayan spontaneous, lugas, fleksibel dan demokratis. Kok gitu? Ya iya tho dong, spontan, karena kita bisa langsung beraksi pas ide-ide lagi muntub-muntub di alam pikiran. Bandingkan dengan aksi sablon kaos yang prosedurnya bertingkat-tingkat dari rancangan gambar sampai pengeringan kaos, capeee deeeh. Lugas, karena perangkat dan bahan bisa langsung dipakai tanpa perlakuan khusus yang rumit bin njlimet. Fleksibel, karena bisa dilakukan di sini, di situ, tanpa pakai teknik ruang gelap afdruk, tanpa tripod/ kaki tiga penyangga kanvas, dan bisa digelar di kaos oblong jenis apapun. Demokratis, karena siapapun bisa dengan mudah beraksi di objek kaos tanpa harus jadi ahli sablon, seniman nglukis, pegiat grafis apalagi ahli pidato (apa hubungane?).
Alat dan Bahan
Yang pasti, kalau berencana nglukis kaos, sediakan kuas lukis. Kuas yang dipakai boleh kuas gepeng atau kuas gilig, tapi jangan pakai kuas roll yang biasa dipakai ngecat tembok. Kuas lukis itu biasanya berbulu lentik, mulus, ramping dan seksi (apaan?).
Selanjutnya, harus ada cat medium yang siap dioleskan ke permukaan kaos. Pakai saja cat akrilik. Cat akrilik sungguh tangguh, handal, berani dan dapat dipercaya (lha apa Pramuka?). Cat ini berbasis air, artinya cukup diencerkan pakai air (sedikit saja, jangan seember) sebelum dioleskan ke sasaran. Meskipun berbasis air, kalau sudah mendarat di target dan mengering, ia jadi kebal air, tahan dicuci, wantek dan tak tergoyahkan. Makanya, aku pilih pakai cat akrilik yang aku beli di toko buku dan alat tulis.
Akhir-akhir ini aku coba meramu cat putih/ rubber paste & binder yang biasa dipakai untuk sablon kaos, dicampur sedikit cat akrilik sebagai pewarna. Takarannya, 4 bagian cat rubber + 1 ½ bagian larutan binder, diaduk sampai rata. Kalau ingin dicampur warna lain, tinggal ambil adonan itu sedikit dan dicampur warna akrilik yang dibutuhkan. Alasan pertama, ini perbuatan iseng dan ingin tahu saja, apa ramuan catnya bisa nempel di kaos. Kedua, ini adalah ekspedisi dalam rangka mendapat ramuan cat yang massal/ banyak, handal tapi ekonomis. Pasalnya, kalau pakai cat akrilik saja yaa…lumayan muni (mahal). Satu pack cat akrilik merek Maries 18 warna, yang tubenya sebesar jari tengah, harganya 50 ribu. Pada kenyataan yang sesuai fakta, aksi nglukis dengan cat multiwarna pasti banyak menggunakan putih sebagai pencampur warna lain. Di kalangan pegiat lukis berjam terbang ngawu-awu (tinggi sekali) stok cat warna putih biasanya paling cepat habis. Sementara tube warna-warna lain masih tampak gemuk (isinya masih banyak), tube warna putih sudah kempot keriput (bagaikan gadis usia 80 tahun). Nah, ternyata keisenganku berbuah hasil ces-plenk. Campuran cat rubber + binder + cat akrilik bisa tetap tampil mempesona di segala cuaca.
Prosedur Kerja
Sudah ngebet mau nglukis? Ayo kita c’mon. Pertama, hadirkan kaos target lukis. Boleh pakai kaos jenis TC yang mengkilap tapi sumuk, atau kaos jenis PE yang agak lembut dan agak hangat, atau favoritku nee… kaos katun yang lembut dan adem kalau dipakai. Kaus katun memang lumayan mahal dibanding jenis kaos lain, tapi paling enak dijadikan target lukis. Nah, kaos yang sudah hadir segera disisipi papan tripleks di dalamnya, supaya cat yang mendarat di permukaan kaos tidak menembus di sisi lainnya. Kalau tidak ada papan tripleks, lembaran karton/ kardus pun jadi.
Berikutnya, silakan membuat skets/ pola gambar di permukaan kaos yang akan dilukisi. Kalau kaosnya berwarna putih atau cerah, pakailah pensil 2B. Sketsnya dibuat tipis-tipis saja, tidak perlu tebal seperti mengisi lembar jawab komputer. Kalau kaos sasarannya berwarna gelap (apalagi yang gelap gulita), silakan pakai pensil warna putih, kuning atau silver. Sudah selesai sketsnya? Jangan puas dulu. Itu baru gambar sementara, kalau kena gesekan pasti hilang. Skets berfungsi sebagai pengarah agar lukisan tidak berkembang liar-merajalela-nyiprat ke mana-mana (kecuali kalau memang sengaja nglukis dengan aliran ekspresionisme yang 100% spontan merdekaaa…).
Selanjutnya, mari kita pastikan bahwa kuas dan cat kaos yang bakal tampil sudah dalam posisi stand by. Mereka perlu didampingi secangkir air bening dan kain perca alias gombal mukiyo. Air bening berguna untuk pengencer cat dan pencuci kuas, sedangkan kain perca untuk membersihkan kuas. Kain perca juga digunakan untuk mengendalikan muatan air dalam bulu kuas yang siap oles, agar tidak terlalu basah..
Nah, sekarang saat yang mendebarkan, yaitu pendaratan cat di kaos:
1. Basahi kuas pakai air bening.
2. Paparkan cat di palet atau cawan plastik, tambahkan beberapa tetes air kalau terlalu kental dan diaduk pakai kuas.
3. Mulailah mendaratkan cat di kaos dengan prioritas: warna muda/ cerah dan blok warna paling luas/ dominan lebih dulu.
4. Tunggu sebentar sampai lapisan cat pertama setengah kering, kemudian timpakan warna yang lebih gelap di bagian-bagian yang membutuhkan.
5. Untuk gambar yang lebih detil seperti garis, titik atau spot/ bercak kecil-kecil, jangan rikuh atau malu-malu untuk memakai kuas kecil-ujung runcing supaya lebih presisi. Biasanya detil gambar ditampilkan setelah blok warna cerah dan gelap tadi mulai berkurang tingkat kebasahannya. Kalau blok warna yang luas itu masih basah kuyup, penambahan detil gambar bisa jadi perbuatan sia-sia karena polesan garis, titik atau spot itu akan tenggelam/ melebur di dalamnya.
6. Setelah pendaratan cat di kaos selesai, segera jemur kaos itu sampai kering (kalau hari hujan, jangan menjemur kaos di halaman ya?)
7. Setelah catnya benar-benar kering, gambar di kaos disetrika dulu. Urutan barisannya sbb: lembar tripleks atau karton dimasukkan dalam kaos. Tutupi gambar kaos dengan kertas HVS. Nah, setrika yang panas mendarat di kertas HVS sembari menekan gambar di bawahnya.
Hasilnya?
Sebuah kaos bergambar made in awake dhewe tampil bagaikan kaos sablon produksi distro. Silakan dipakai ngeceng sampai puas kemudian dicuci. Buktikan gambarnya tidak akan melarikan diri. Just try lah!