Wednesday, December 18, 2019

LAGU GOJEK JAMAN DULU

Jaman dulu, sewaktu masih di SMP sampai SMA, biasalah kalau anak-anak gojek pakai ungkapan-ungkapan kontemporer yang sering dipahami hanya oleh kebanyakan mereka yang sebaya dan berlaku saat itu.  Yang dimaksud gojek di sini adalah guyon, bercanda, bukan gojek alias ojek online yang tokohnya jadi menteri pendidikan.  Karena karakteristiknya kontemporer, ya kadang-kadang hanya nongol semusim lalu lenyap berganti yang lain.

Termasuk ungkapan gojek kontemporer di sini adalah semacam lagu dolanan, yang biasanya dalam bahasa daerah.  Ini konteksnya jaman dekade 1980an lho, ketika interaksi antarbocah masih kental diwarnai bahasa daerah.  Tidak seperti sekarang, komunikasi antarbocah lokal di lingkungan primordial yang sama malah memakai bahasa nasional yang serba tanggung, abal-abal dan tidak standar.  Wagu jadinya.

Di kalangan bocah tanggung (level SMP - SMA) sekitar Jawa (Tengah dan DIY) dekade 1980an, beredar beberapa lagu gojek yang nongol ketika mereka sedang dolanan,atau nogkrong alias hang out bersama gerombolan. Contoh lagunya seperti ini:

Esuk-esuk tuku lengo nyangking botol, konco
Konco lawas dijak dolan menyang kali, pelem
Pelem iku kecute ngluwihi jeruk, tumo
Tumo iku manggone ana ing rambut, jempol
.....

Ada  lagi contoh lagu yang  lain:

Yo, dolanan dakon ...
Watu item ....
cacahe pitu ....
Yu Sarijem ....
 neng alun-alun .....

Whua haa haaa haaaa....Begitu nyanyi barerng-bareng, reaksi mereka langsung katawa ketiwi sampai ngakak terbahak.  Itu karena lagu-lagu gojek ini menyerempet (atau berpotensi) membawa "konten tidak senonoh" di tiap akhir barisnya.  

Begitulah, namanya juga bocah-bocah nakal di jamannya, selalu punya otak kreatif menghindari ancaman represi dan pencekalan dari kalangan orang tua yang sok garang apalagi di jaman Orde Baru.  Whua haa haaa haaaa....